KTM || DUMAI- Calon Wali Kota Dumai nomor urut 2, Ferdiansyah mengaku kesuksesan yang Ia raih dalam berusaha tak terlepas dari kerja keras, doa orang tua dan bantuan orang lain. Salah satunya dari orang miskin yang pernah memberinya makan.

“Saat saya pulang mengolah lahan untuk perkebunan, mobil saya mogok di jalan. Posisinya jauh dari kebun dan jalan besar. Jaringan telpon tak ada. Untungnya ada yang lewat dan membantu,” kata Ferdiansyah dengan mata berkaca-kaca saat Kampanye di Tanjung Penyembal, Rabu (30/10/2024) sore.

Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 2000. Ketika ia disuruh pulang ke Dumai oleh orang tuanya setelah menyelesaikan kuliah di Universitas Trisakti Jakarta.

Saat disuruh pulang, bukannya diberi fasilitas enak untuk berusaha. Namun hanya disediakan lahan yang digarap untuk perkebunan dan bibit kelapa sawit.

“Sebagai orang yang sudah lama di kota besar, tugas yang diberikan papa ini awalnya terasa berat. Apalagi saat itu jalan di Kecamatan Sungai Sembilan sangat buruk. Lebih parah dari kubangan kerbau,” katanya.

Ferdi mengaku lima tahun mengalami masa kesulitan itu. Hampir tiap hari tidur di kebun. Kecuali malam Sabtu dan malam Minggu.

“Saat pulang ke rumah itulah, tiba-tiba mobil saya mogok di jalan akibat terpuruk. Hari menjelang malam dan saya sendirian waktu itu,” cerita Ferdi.

Untungnya, selepas Maghrib ada orang yang juga pulang dari kebun naik sepeda motor membonceng istri dan 2 anaknya. Mereka berhenti dan menawarkan pertolongan. Kebetulan gubuk mereka tak jauh dari lokasi mobil Ferdi mogok.

“Lepas Isya mereka mengantarkan makanan untuk makan malam dan menemani saya di mobil sampai pagi. Hingga keesokan harinya, atas jasa warga datang mekanik untuk memperbaiki mobil saya,” terang Ferdi.

Atas pertolongan warga itu, Ferdi berniat membalas jasa. Apalagi saat melihat rumah mereka hanya gubuk dengan dinding gedek dari pelepah kelapa sawit dan atap terpal.

“Saya terkejut. Mereka menolak balas jasa yang saya berikan. Kata mereka, mereka ikhlas membantu. Jujur saya sangat terkesan dengan keikhlasan mereka. Meskipun mereka hidup susah. Saya berhutang Budi dengan orang miskin seperti mereka,” kata Ferdi.

Pengalaman itu menjadikan tekad Ferdi untuk membantu mereka yang hidupnya susah. Dan itu berlangsung hingga saat ini.

Ini pula alasan mengapa Ia dan H. Soeparto menjadikan program insentif bagi yatim piatu, fakir miskin, disabilitas dan lansia sebagai salah satu program utama.

“Mereka punya hak sejahtera yang sama dengan kita. Dengan insentif atau bantuan ekonomi yang lebih merata, akan banyak yang punya harapan untuk memperbaiki kualitas hidupnya,” kata Ferdi. (*)