KITAMELAYUCOM – Food estate yang merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan bahkan peternakan di suatu kawasan, merupakan perpaduan program pertanian rakyat yang selama ini kita kenal dengan integrated Farming yang merupakan sistem pertanian dengan memanfaatkan keterkaitan antara tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, prikanan dan peternakan untuk mendapatkan agroekosistem yang mendukung produksi pertanian.
Peningkatan ekonomi dan pelestarian alam, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produktifitas sumber daya (lahan, manusia, dan faktor tumbuhan lainnya) yang mendukung produksi pertanian, peningkatan ekonomi dan pelestarian sumberdaya alam serta kemandirian dan kesejahteraan petani secara berkelanjutan.
Menariknya program Food estate ini di pimpin oleh Kementerian Pertahanan yang di pimpin oleh Bapak Prabowo Subianto, demi mencegah ancaman krisis pangan, Presiden Joko Widodo mengagas program Food estate di berbagai wilayah, termasuk Kalimantan, Irian jaya, Sulawesi dan Sumatera, termasuk rencana di Riau, Kota Dumai,
Dalam dua tahun berjalan program Food Estate ini bisa dikatakan mangkrak atau gagal 600 Ha tanaman singkong, bayangkan pabrik ngak jelas utk mengolah singkong masyarakat suruh tanam singkong lantas apa pak Prabowo mau borong singkong, bahkan beliau menyalahkan Birokrasi tidak disiplin, ini jendral yang selalu lempar batu sembunyi tangan, kalau ngak paham ya harus di serahkan ke kementrian pertanian, 17.000 Ha sawah baru, juga tak berhasil, proyek lumbung pangan ini yang di tangani oleh kemenhan ini hanya menimbulkan persoalan baru pada kawasan tersebut bencana banjir kian meluas dan bisa berkepanjangan.
Pejabat kementrian pertanian memberikan pembelaan ia mengakui ada kekurangan dalam pelaksanaan program Food eatate ini, kami dari GAPOKTAN SAMJ meminta pada tim dari Kemenhan yang di pimpin Prof Dr Hamka Dan pak Prof Yoga, agar melalui seminar dan di tindak lanjuti dengan kajian fisibility study atas kelayakan atau tidaknya lahan tersebut utk program Food Estate di Kota Dumai baik secara sosial, ekonomi dan budaya, dan kesesuaian lahan termasuk siapa yang akan menganti rugi jika properti dan lainnya milik masyarakat yang terkena kawasan yang di rencanakan 20,000Ha,
Belum lagi persoalan status kawasan bagai mana dengan pelepasan stautus hutan, kami sebagai pengurus GAPOKTAN SAMJ ucap Suriyanto, dimana kawasan tersebut berada dikawasan pertanian kami , kami tidak mau masyarakat kami nanti dikorbankan dengan persoalan kehutanan.
Saya berfikir ini merupakan proyek tingkhing tanpa kajian, mengurus pertahanan saja belum sempurna mau mengurus singkong dan padi, jangan jangan peralatan pertaniannya nantinya barang bekas juga seperti pesawat tempur bekas. Akhir kata kami minta adakan study kelayakan dahulu peruntukan untuk apa tiba tiba tim sdh melakukan pemetaan dan informasi kontrak tinggal di tanda tangani, secepat itukah proses administrasinya.
(SYT)