KITAMELAYUCOM – Pemberitan yang lagi genjar-genjarnya di media sosial, Youtube, Tiktok. Facebook dan lain-lain siapakah yang akan menduduki kursi Presiden dan wakil presiden terus mencuat, juga sering di sampaikan para netizen siapa calon pengganti presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Ma’aruf Amin 2024 – 2029 mendatang.
Profesi sebagai seorang pemimpin saat ini sungguh sangat menggiurkan. Hampir semua orang yang aktif dalam organisasi publik, organisasi bisnis, organisasi birokrasi dan organisasi politik menginginkan kue kekuasaan yang disebut “PEMIMPIN”. Termasuk di grup Whatsaap
Ternyata memang, makhluk yang bernama “PEMIMPIN” itu, mampu menyedot perhatian banyak orang, dari kelas teri sampai kelas kakap di seluruh tanah Air Indonesia , negeri yang kaya, nan cantik, molek, seksi, kaya financial sekaligus kaya masalah, akan menuju negara industri Maju nan populis, yang menjadi tujuan investasi paling menarik di semua sektor bagi negara Asing menanamkan modal dan pengaruhnya di negeri ini seperti bidang perdagangan, pertanian, energi, wisata, industri dan lain-lain,
Kini mejadi sorotan dunia lantaran akan terjadi pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2024 – , saya yakin hampir seluruh rakyat indonesia sedang bermimpi mendapatkan Presiden yang terbaik dari yang baik, bagaimana meretas jalan menuju kursi “Presiden dan Wakil Presiden”. Yang akan di tinggalkan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Mahkruf Amin
Persoalannya, banyak terdapat pemimpin yang mumpuni di negeri ini akan tetapi terhukum oleh peraturan atau undang undang Presidential Threshold 20% yang merusak kehidupan demokrasi di negeri ini yang di perjuangkan oleh pejuang Repormasi yang di pimpin Prof.,DR. Amin Rais dan kawan kawan, ada yang berani maju karena didukung oleh beberapa factor, antara lain; kekuatan politik Partai partai, kekuatan financial, hegemoni kelompok, dukungan masyarakat tertentu (oligarki), dan lain-lain.
Dan ada yang tidak berani maju karena tidak punya basis politik, tidak punya fulus, tidak kuat dukungan akibat tidak punya basis politik dan fulus.
Jaman edan seperti sekarang ini; pintar, cerdas, intelek, punya dukungan massa, punya integritas, terkenal dan lain-lain, tidak menjamin seseorang bisa maju dalam kancah pertarungan politik sebagai penganti “Presiden dan wakil Presiden” yang masa kepemimpinannya berakhir tahun 2024.
Karena filosofi Negara yang berlaku saat ini adalah filosofi; siapa yang kuat hebat, Kuat disini maksudnya; kuat dukungan politik, kuat financial, kuat ‘molitikin’ kuat menjegal lawan, kuat berjanji manis, kuat menutupi kebohongan diri, kuat mempromosikan diri yang baik-baik dan kuat mensiasati atau menjegal popularitas lawan atau rival.
Pergantian kepemimpinan“Presiden dan wakil Presiden” menjelang pelaksanaan Pilpres 2024, ada calon Presiden yang lagi menyusun kalimat paling indah untuk menjerat perhatian public, dengan melakukan pencitraan atau blusukan , pembusukan, penjegalan lawan semisal seolah dia yang pantas memegang tampuk kekuasaan sebagai “Presiden” termasuk juga dalam hal kepala daerah dia yang pantas sebagai gubernur, Bupati atau Walikota karena merasa dia yang pantas.
Memperhatikan jargon-jargon mereka, sungguh sangat menggelitik dan menggiring masyarakat kepada sebuah pertanyaan, bagaimana membuktikan dirinya memiliki Trust (dapat di percaya) sementara kompetensi, integritas dan intimicy mereka tak teruji oleh jejak rekam ke pemimpinannya, yang hanya mementingkan diri sendiri (self interest) apa yang ingin anda buat, apakah anda amanah jika menjabat sebagai pemimpin di negeri ini, atau hanya meneruskan kerusakan negeri ini karena meneruskan jejak rekam pemimpin sebelumnya.
membangunan negeri ini tidak harus dibuktikan setelah anda menjabat, saat anda menjabat sebagai gubernur anda tidak mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat , kemiskinan dan kebodohan merajalela.
Pertanyaan itu pasti mengalir demikian derasnya di kalangan masyarakat, walaupun hanya sebatas di pikiran saja tidak sampai meluap ke permukaan. Intinya ia dengan berbagai cara berusaha untuk dipilih dan terpilih.
Anehnya, cara-cara yang dilakukan seringkali tidak edukatif, tidak bermartabat dan tidak menunjukkan sebagai seorang yang pantas untuk memimpin negara ini.
Cara-cara yang dilakukan seringkali menabrak etika kepemimpinan, menabrak batas – batas kemanusiaan, menabrak sendi-sendi keagamaan.
Dimanapun, di Indonesia ini, seringkali calon pemimpin yang berasal dari kader partai membangun eksistensi dirinya tidak dengan mengedepankan esensi dari sebuah visi yang di tetapkan, hanya dimanfaatkan untuk membangun sebuah opini yang tidak ada kaitannya dengan visi-misi.
Ada juga pemimpin yang mencoba membeli perhatian public dengan mencitrakan dirinya sebagai sosok agamais, islamis, reformis dan segala yang is yang pastinya ia seorang munafik coba perhatikan cara membuka mukadimah saja mereka berlepotan dan salah makna .hingga Membangun citra dirinya melalui kegiatan keagamaan, ritual keagamaan dan kegiatan sosial.
Semoga pemimpin kita kelak benar-benar berangkat dari sebuah karakter, kebiasaan dan dari akhlaq yang mulia. Tidak karena tendensi apapun.
Maaf, kritik yang dilakukan penulis ini tidak dalam rangka memojokkan siapapun, tidak untuk mendiskriditkan
siapapun.
ini hak partisipasi warga, agar kita semua dan siapapun untuk meluruskan niat, memperbaiki niat, untuk membangun negara yang kita cintai bersama.
Kami sangat cinta dan sangat mendukung para calon “Presiden dan wakil Presiden” sebagai pemimpin masa depan yang memiliki Kompetensi, integritas, intimacy yang akan membangun Trust calon.
Tentunya calon pemimpin yang benar- benar ikhlas dari lubuk hati ingin mengabdi dan berpihak kepada kepentingan rakyat yang akan menjadi pekerja rakyat bukan pekerja partai.
Dilain pihak di grup Whatsapp banyak mengatakan. Negeri kita tidak sedang baik baik saja, 2024 sebagai penentuan keutuhan negeri kita yang bernama Indonesia .
Andai saja masyarakat semua sadar dan mau membaca kondisi negeri ini. Dan tentu saja mau merubah cara memilih pemimpin ke depan yang teruji jejak rekamnya lihatlah jejak rekam Anis, ganjar dan prabowo siapa yang mampu mengangkat harkat martabat masyarakat dengan kesetaraannya
Insaallah kita mendapatkan pemimpin yang baik, Yang di kehendaki dan tidak meminta untuk di pilih karena bayaran,
Semoga masyarakat kita Cerdas. Tidak bersikap Apatis, dan tidak jadi pengemis untuk memilih.
Penulis Suriyanto