KTM – Bandar Bakau Dumai adalah hutan mangrove yang ada di Kota Dumai, Provinsi Riau. Di hutan ini terdapat 24 spesies bakau yang dilindungi. Dulu, pada masa Orde Baru, hutan ini sempat gundul karena banyak ditebang. Awal reformasi, Pak Darwis memulai aksi untuk menghijaukan kembali hutan ini. Beliau kemudian membentuk komunitas Pecinta Alam Bahari. Sampai sekarang, mereka telah berperan penting dalam merehabilitasi Bandar Bakau Dumai.

Bakau sendiri erat dengan legenda asal-usul Kota Dumai, yaitu legenda Putri Tujuh. Kala itu, terjadi pertempuran antara pasukan Pangeran Empang dan pasukan Cik Sima, Ratu Kerajaan Seri Bunga Tanjung yang menguasai daerah Dumai. Di tengah pertempuran, buah bakau berjatuhan menimpa Pangeran Empang dan pasukannya saat mereka beristirahat. Tak lama, mereka dapat dikalahkan.

Dahulu telah terjadi eksploitasi mangrove jenis bakau oleh masyarakat sebagai bahan baku arang di daerah Pangkalan Bunting muara Sungai Dumai. Sekarang, sudah nggak lagi terjadi eksploitasi seperti ini. Namun, bukan berarti kawasan hutan mangrove yang udah dijaga selama ini oleh Pak Darwis dan Pecinta Alam Bahari ini akan selamanya tak terancam. Terutama karena masih ada perusahaan yang sampai sekarang gigih berusaha mengalih fungsikan kawasan ini jadi pelabuhan. Posisi pesisir Kota Dumai sendiri emang sangat menggiurkan, letaknya strategis dekat dengan Singapura dan Malaysia.

Kalau hutan mangrove ini dialih fungsikan, yang rugi nggak cuma Pak Darwis dan masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya dari sana. Mereka yang berprofesi sebagai nelayan akan terancam kesulitan mencari udang, ikan, kepiting, dan lainnya yang hidup di ekosistem bakau. Namun, dalam konteks yang lebih luas, kota Dumai dan Indonesia akan kehilangan sebagian kawasan mangrove yang berperan penting dalam penyerapan karbon dan juga keanekaragaman hayati.

Masyarakat sendiri telah terlibat aktif dalam melindungi hutan mangrove. Namun, menurut Pak Darwis, peran Pemerintah Kota Dumai masih kurang. Terutama dari segi dukungan kebijakan yang kuat untuk melindungi status konservasi dan keberadaan hutan mangrove di Kota Dumai.

“pemerintah saat ini perlu memahami pentingnya potensi alam dan kelautan dumai untuk di lestarikan dan di jaga, bukan berfikir alam yang ada diubah menjadi pelabuhan dan industri sesuai dengan selogan “Dumai Kota Industri” yang berakibat menghilangkan hutan mangrove yang tersisa” ujar Darwis.

Pak Darwis dan Pecinta Alam Bahari berharap untuk desak Walikota Dumai agar melindungi hutan mangrove yang masih diintai ancaman pengalih fungsian lahan ini. Jangan biarkan Pak Darwis berjuang sendiri, ya!
Mengakhiri pembicaraannya.

Dg.

By Dear G