Oleh: Sandra Kusuma Netha
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bung Hatta

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menyebut ada banyak bahasa daerah yang terancam punah karena generasi baru tidak diwariskan bahasa daerahnya. Nadiem mengatakan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan revitalisasi bahasa daerah karena sebagian besar dari total 718 bahasa daerah di Indonesia terancam punah dan kritis.

“Saat ini para penutur jati bahasa daerah banyak yang tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa ke generasi berikutnya sehingga khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan akan bahasa daerah terancam punah,”kata Nadiem dalam jumpa pers, Selasa (22/2/22).

Menurut Nadiem, prinsip dari program revitalisasi bahasa daerah ini adalah dinamis, adaptif, regenerasi dan merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya.

“Dinamis, berorientasi pada pengembangan dan bukan sekadar memproteksi bahasa. Adaptif dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat tuturnya. Regenerasi dengan fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar dan menengah, serta merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya,”ucapnya

Pada tahun 2022 ini, lanjut Nadiem, jumlah bahasa daerah yang akan menjadi objek revitalisasi sebanyak 38 bahasa daerah yang tersebar di 12 provinsi. Di antara Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.

Kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan kata “bahasa”. Bahasa (dari bahasa Sanskerta ????, bh???) adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya dengan kata dan gerakan. Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik. Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda dan beragam. Perkiraan jumlah bahasa di dunia yaitu antara 6.000–7.000 bahasa. Maka dari itu, bahasa merupakan aspek yang sangat penting untuk dilestarikan sebagai alat komunikasi, alat pemersatu bangsa, dan sebagai identitas suatu suku atau bangsa. Organisasi internasional yaitu United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau disingkat sebagai UNESCO, menetapkan tanggal 21 Februari sebagai hari yang penting. Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa ada peristiwa yang diperingati setiap tahun pada tanggal tersebut. Hari Bahasa Ibu atau disebut sebagai International Mother Language Day adalah peringatan tahunan seluruh dunia yang diadakan pada tanggal 21 Februari untuk meningkatkan kesadaran akan keanekaragaman bahasa dan budaya serta untuk mempromosikan multibahasa.

Sebelum Indonesia merdeka dan bahasa persatuan kita diresmikan, sebagian besar penduduk di Nusantara telah akrab dengan bahasa Melayu. Bahasa ini berdiri sebagai basantara (lingua franca) atau bahasa perhubungan. Sejarah penggunaan bahasa Melayu di Nusantara dapat dibuktikan melalui beberapa penemuan. Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit (Palembang, 683 M), Talang Tuwo (Palembang, 684 M), Kota Kapur (Bangka Barat, 686 M), dan Karang Brahi (Jambi, 688 M) tertulis dengan huruf Pranagari dengan bahasa Melayu Kuno.

Selain digunakan dalam transaksi perdagangan, bahasa Melayu pun diandalkan sebagai bahasa kebudayaan, khususnya pada zaman Kerajaan Sriwijaya, yakni sebagai bahasa utama dalam buku pelajaran agama Buddha.
Berdasarkan latar belakang historis yang begitu kuat di tanah Nusantara, tidak heran jika bahasa Melayu dipilih untuk menjadi akar bagi bahasa Indonesia. Alasan itu pula yang paling saya ingat dari mata kuliah Perkembangan Bahasa Indonesia semasa kuliah dulu.

Akan tetapi, Kridalaksana dalam Masa-Masa Awal Bahasa Indonesia Cetakan Kedua (2010: 30) menuliskan dua faktor lainnya yang menjadikan bahasa Melayu sebagai kandidat terkuat di antara bahasa Jawa dan bahasa Sunda.

Dalam bahasa melayu, terdapat karya sastra baik tertulis maupun lisan. Contoh karya sastra tulis yaitu Hikayat. Hikayat diartikan sebagai kisah,cerita berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu, biasanya menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan yang ada di zaman kerajaan.

Dalam kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari, hikayat ini berfungsi sebagai media didaktik (pendidikan) dan hiburan. Pada zaman ini, hikayat tidak populer lagi . Mengapa demikian? Dikarenakan salah satu penyebab hikayat kurang diminati adalah bahasa yang digunakan, yaitu bahasa Melayu klasik yang kurang dipahami oleh pembaca saat ini, selain itu, pembaca saat ini lebih tertarik dengan alur cerita yang logis ketimbang cerita yang terdapat kemustahilan dan pembaca pada saat ini jarang yang tertarik dengan tokoh yang mempunyai kesaktian.

Jika pembaca membacakan hikayat, terlebih generasi muda akan terasa lucu ketika mereka membacakan seorang tokoh yang sangat sakti lalu mempunyai banyak istri . Pada zaman sekarang tidak mungkin ada lagi cerita tersebut. Lalu karya sastra lisan yakni pantun, Pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya, tiap baris terdiri atas empat perkataan. Dua baris pertama disebut sampiran (pembayang), sedangkan dua baris berikutnya disebut isi pantun.

Dalam kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari, pantun merupakan jenis sastra lisan yang paling populer. Penggunaannya hampir merata di setiap kalangan: tua-muda, laki-laki-perempuan, kaya miskin, pejabat-rakyat biasa dst.

Dalam praktiknya, pantun ini diklasifikasi ke dalam beberapa jenis yaitu Pantun Nasihat, Pantun Berkasih Sayang, Pantun Suasana Hati, Pantun Pembangkit Semangat, Pantun Kerendahan Hati, Pantun Pujian, Pantun Teka-teki, Pantun Terhadap Perempuan, dan Pantun Jenaka. Pantun pada masyarakat Melayu mengalir berdasarkan tema apa yang tengah diperbincangkan. Ketika seseorang mulai memberikan pantun, maka rekan lainnya berbalas dengan tetap menjaga tali perbincangan.

Contoh pantun perkenalan :
Dari mana hendak kemana
Dari jepang ke negeri cina
Kalau boleh kami bertanya
Bunga yang kembang siapa punya?

Itu tadi adalah contoh pantun perkenalan, pantun di zaman sekarang masih sangat populer, apalagi sekarang pantun banyak diperlombakan.

Bedasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keistimewaan bahasa melayu dalam karya sastra memiliki pengaruh kepada bidang bahasa maupun sastra. Dan kita dapat menambah wawasan kita dengan mengetahui apa saja karya sastra di dalam bahasa melayu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *