KITAMELAYUCOM – Rencana pembangunan kawasan industri petrokimia yang masuk Proyek Strategis Nasional (PSN), membuat masyarakat Nagari Air Bangis khawatir mereka akan digusur dari lokasi yang menjadi sumber nafkahnya.

Proyek Strategis Nasional Air Bangis di Kab. Pasaman Barat, masalahnya sama yaitu agraria, dan bermasalah dengan lingkungan serta akan menyingkirkan pribumi setempat, demi investor maka rakyat menanggung kehilangan tanah2 mereka. Kasusnya hampir sama dgn rempang, ini melibatkan PT ABACO Nasional, project konsorsium ini.

Siapa saja yang terlibat, seperti yang sudah2, tentu saja Bahlil-LBP melalui Andus winarno stafsus-Boy Thohir-Politisi PAN sampai ketum nya. Kenapa wakil rakyat di sumbar diam ? Apakah ikut menikmati lewat Supardi gerindra dan Novie andrie DPW itu bolak balik datang ke proyek diam2

H.Hamsuardi bupati pasaman barat adalah dari PAN dan pernah jadi kader PKS menceritakan bahwa dia mendapat tekanan dari oknum yang mengatas namakan orang dekat menteri perdagangan/orang partai PAN. Setelah di cek ternyata confirmed. Memaksa agar menerima PT Abaco untuk menjadi mitra.

Bahkan tanah yang diminta 30 ribu hektare (di proyek Air Bangis), lebih besar dari tanah yang di Rempang. Jadi Rempang hanyalah satu kasus, menjelang akhir masa kekuasaan Jokowi, mereka semakin brutal mempercepat segala rencananya walau harus singkirkan rakyat warga pribumi dan pelaksananya adalah pribumi yang sudah menjadi kaki tangan asing.

Tragedi kekerasan akibat sengketa lahan nampaknya menjadi isu krusial di Negeri ini. Beberapa waktu lalu, aparat kepolisian melakukan upaya eksekusi paksa terhadap masyarakat Rempang, yang berujung kekerasan oleh aparat.

Kamis (21/9/2023), Bentrok aparat dan masyarakat akibat sengketa lahan kembali terjadi di Kecamatan Anak Tuha, Lampung Tengah. Konflik tersebut dipicu oleh penolakan warga terhadap eksekusi lahan oleh PT Bumi Sentosa Abadi (BSA).

Pada hari yang sama, massa yang berunjuk rasa di depan kantor Bupati Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, membakar kantor bupati dan merusak kantor DPRD Pohuwato. Massa berunjuk rasa menuntut pembayaran ganti rugi lahan dari perusahaan pertambangan. (Kamis 21/9). Apakah akar masalah konflik pertanahan di Indonesia? Benarkah, ada oligarki yang mengendalikan Negara, sehingga Aparat bertindak represif kepada rakyat, hanya demi memuluskan rencana bisnis korporasi Aseng?

Ibarat makanan, Rempang ternyata penuh duri dan beracun. Bukan bubur yang bisa sekali lahap dan langsung ditelan. Rezim dzolim ini menganggap remeh masyarakat Melayu Rempang, sehingga gegabah menggunakan aparat untuk bertindak represif. Akhirnya, Rempang dimuntahkan. Duri dan racun Rempang, nyaris membuat rezim mati kalau memaksakan menelannya. Rezim akhirnya memutar otak, untuk menghindari duri dan racun Rempang, agar bisa melahap wilayah itu untuk dibagi menjadi kaplingan oligarki, domestik, asing dan aseng.

Setelah gagal dengan pendekatan memiting ala Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, kini rezim memanfaatkan purnawirawan Moeldoko. Dengan modus klasik, Moeldoko berusaha mengunyah ulang Rempang agar bisa dilahap oligarki.Moeldoko, mengadopsi cara kuno, strategi belah bambu. Satu diinjak, satu diangkat. Hanya, strategi itu dimodifikasi dengan nama baru : Yudisial dan non yudisial.

Yudisial, maknanya pendekatan keras (hard power), dengan memanfaatkan aparat kepolisian, untuk menekan agar warga Rempang hengkang. Ini adalah strategi stick, memaksa warga Rempang menyerah dan menyatakan kalah. Non yudisial, maknanya pendekatan lunak (soft power), dengan memanfaatkan sejumlah negosiator dan para penjilat, yang akan ‘menyuap’ dengan sejumlah iming-iming, memecah persatuan, dan menebarkan bibit pengkhianatan diantara warga Rempang.

Setiap hasil negosiasi, akan dikosongkan dan di bongkar rumahnya. Akan ada efek ‘Teror Psikologis’, yang memaksa yang lain, terpaksa pindah (direlokasi) dan menerima dihinakan oleh rezim. Ini adalah strategi dari mantan Panglima TNI, setelah strategi ‘memiting’ yang digunakan Panglima TNI gagal menyurutkan semangat warga Rempang.

Begitulah, semua alat negara telah menjadi anteknya Luhut Panjaitan, Tommy Winata dan China yang dipikirkan hanya proyeknya TW agar sukses, tak peduli rakyat Mengerang kesakitan.Yang difikirkan, hanya cari cuan. Tak memikirkan matinya peradaban rempang dan generasi pewarisnya. Yang dipikirkan hanya oligarki. Tak menghiraukan bangsa Melayu dan kemarahan umat Islam.

Wahai rezim, ini Rempang! Ini tanah Bangsa Melayu! Ini tanah Umat Islam! Jangan kau anggap sepele seperti Pulau Komodo atau label PSN lainnya. Kami tahu, Proyek Strategis Nasional hanyalah proyek untuk mencarikan lahan bisnis bagi oligarki, dengan merampas tanah rakyat. Kami tidak akan diam. Kami akan lawan!

EDITOR : MK