KITAMELAYU.COM – Pekan daerah (PEDA) atau pekan nasional (PEBAS) merupakan langkah penting dalam upaya membentuk sekaligus menciptakan para pelaku usaha pertanian yang tangguh dan andal serta mandiri, khususnya petani dan nelayan (10/07/2023).

“Melalui dua kegiatan yang monumental bagi petani dan nelayan dapat mengembangkan wawasan petani, nelayan dan agribisnis menghadapi persaingan global. Sekaligus sebagai momentum berkembangnya profesionalisme petani dan nelayan dalam kerangka mewujudkan petani nelayan andal, tangguh dan mandiri,” ketika di wawancarai awak media, menurut aktivis pertanian Suriyanto,Sp yang juga beliau sebagai wakil ketua gabungan kelompok tani Sumber alam makmur jaya yang membawahi 15 kelompok tani di kelurahan Batu teritip, beliau juga pendiri kelompok tani lestari di kelurahan tanjung penyebal yang di ketua Jumirin.

Menurut dia, petani dan nelayan tidak pernah meminta-minta pekerjaan kepada pemerintah tetapi malah sebaliknya, menciptakan pekerjaan. Khususnya melalui inovasi dan kreatifitas usaha pertanian yang digeluti. Karenanya, masyarakat yang berprofesi sebagai petani, nelayan maupun peternak jangan pernah merasa malu. Karena pekerjaan ini merupakan profesi mulia, bahkan sangat menentukan dalam menciptakan kondisi ketahanan pangan.

Hal ini sama dengan negara-negara lain, termasuk negara maju sekalipun yang mengutamakan dan memperhatikan kegiatan pertanian dalam upaya menciptakan serta menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Apalagi, Indonesia yang dikenal dengan negara agraris yang didukung kondisi cuaca alam tropis memiliki lahan-lahan produktif yang potensial untuk pengembangan program pertanian. Bahkan, keanekaragaman tanaman dengan sumber daya alam serta sumber daya pertanian yang dapat dikembangkan.

“Kondisi ini tentu akan sangat menguntungkan bagi para pelaku usaha pertanian. Momen PENAS yang baru di laksanakan di SUMBAR pada Bulan Juni 2023 ini harus dimanfaatkan para petani, nelayan dan peternak kota dumai untuk meningkatkan peranan menciptakan ketahanan pangan di daerah khususnya kota dumai bahkan Indonesia,” jelasnya.

Ditambahkan, diperkirakan pada tahun 2050 nanti jumlah penduduk dunia mencapai sembilan miliar orang. Dengan jumlah tersebut akan dibutuhkan pangan yang mencapai dua kali lipat dari ketersediaan pangan dunia saat ini.

“Kebutuhan orang akan ketersediaan pangan akan terus meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia. Karenanya, kondisi ini akan menjadi tantangan bagi para petani, nelayan maupun peternak dan pelaku usaha pertanian lain untuk menjadi petani nelayan andal, tangguh dan mandiri serta produktif,” kata Suriyanto,SP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *